Senin, 09 November 2015

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (foto : pks-jabar.org)
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (foto : pks-jabar.org)

Aher dalam Munas Hipmi: Ekonomi Kreatif Butuh Tiga Syarat

SURABAYA,FOKUSJabar.com: Ekonomi kreatif adalah industri padat pengetahuan, karenanya butuh tiga prasyarat utama dalam memberdayakannya.
Syarat pertama, kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) dalam paparannya dalam Munas Khusus HIPMI/Himpunan Pengusaha Muda Indonesia akhir pekan lalu, adalah melahirkan dan memasalkan pendidikan berkualitas.
“Pendidikan harus diperbaiki dan ditingkatkan terus, hanya pengetahuan dan pemahaman yang kuat saja yang akan memunculkan pemikiran besar,” katanya di hadapan ratusan peserta Munas se-Indonesia di Kota Surabaya, beserta pembicara lain seperti Ketua Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, dan lainnya.
Syarat kedua adalah teknologi yang kuat. Aher mencontohkan Tiongkok yang menjadi penghasil ikan terbesar di dunia sekarang sebetulnya memiliki potensi perikanan rangking lima namun melesat berkat penguasaan teknologi. Sebaliknya Indonesia yang memiliki kandungan perikanan terbesar di dunia malah menduduki rangking lima dunia.
“Dalam konteks Jawa Barat saya mencontohkan, Tiongkok bisa maju karena mereka kuasai teknologi tangkapan ikan di lautan dangkal. Mereka ribuan mil tapi bisa menikmati tuna, kita di Indonesia hanya 12 mil ke lokasi tuna tapi malah sulit menikmati,” jelasnya.
Aher mencontohkan, kapal besar milik Tiongkok yang di dalamnya ada pengolahan ikan, sehingga begitu sampai ke daratan, ikan tersebut sudah dalam bentuk kalengan.
Sementara prasyarat ketiga adalah modal yang relatif kuat, jika ketiganya bersatu, maka ekonomi kreatif yang teguh akan berjalan dengan sendirinya.
“Jika mampu memadukan, ambil contoh sukses Kota Bandung, ekonomi kreatif jadi penopang. Sebut saja pemilu mau dimanapun di Indonesia ini, produsen alat peraganya kebanyakan dari Kota Bandung,” katanya.
Sekalipun saat ini kontribusi ekonomi kreatif ke produk domestik regional bruto baru 2,5%-6%, atau masih jauh di bawah industri pengolahan 40%, namun diyakini makin hari makin membesar.
Menjadi Kaya
Aher mengajak generasi muda tidak ragu menjadi pengusaha ekonomi kreatif yang kaya. Sebab, 9 dr 10 sahabat nabi yang istimewa adalah pengusaha yang nyata memberdayakan lingkungannya.
“Jangan lupa, Rasul setelah pertama bangun mesjid saat hijrah ke Madinah, bulan kedua membangun pasar. Ekonomi itu sangat penting, terutama ekonomi yang benar-benar nasionalis,” katanya.
Menurut dia, nasionalisme primer adalah benar-benar memberdayakan seluruh komoditas dalam menegakkan kemandirian. Bukan yang serba hormat bendera merah putih, namun di belakang malah mengekspor  bahan komoditas ke luar negeri.
Pengusaha nasionalis harus menjaga ketergantungan ke luar negeri, dengan demikian sektor hulu dan hilir sepenuhnya berdenyut untuk anak bangsa.
“Impor terbesar Indonesia itu bahan pangan, bukankomputer dan otomotif. Jadilah pengusaha yang peduli kedaulatan pangan, buatlah angkatan kerja lebih sedikit daripada lapangan kerja seperti terjadi di Korea Selatan,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar